Kamis, 03 Januari 2013

Mengapa Guru Indonesia Sulit Melek Teknologi?


Apriliani Helda Pratiwi
Selasa, 13 November 2012 19:30 wib
Suasana UKG online. (Foto: dok. Okezone)
Suasana UKG online. (Foto: dok. Okezone)
JAKARTA - Masyarakat Indonesia masih cukup tertinggal dalam bidang Information Communication Technology (ICT). Salah satu alasan utama penyebab ketertinggalan tersebut dibandingkan bangsa lain adalah keterbatasan anggaran pemerintah bagi sektor ICT.

Demikian diungkapkan Public Sector Director, Microsoft Indonesia Teja Kusmana di hadapan wartawan mengenai Microsoft Partners in Learning Global Forum 2012. "Biaya yang dianggarkan pemerintah untuk sektor ICT cukup terbatas karena masih harus berbagi dengan sektor-sektor lain yang menjadi prioritas, seperti pendidikan dan kesehatan," kata Teja di PAD 28 Bar, Bistro and Coffee Corner, SCBD, Jakarta Selatan, Selasa (13/11/2012).

Kendala kedua mengapa masyarakat Indonesia, khususnya tenaga pendidik, masih tertinggal pada bidang ICT adalah wilayah Indonesia yang sangat luas. Tidak seperti Singapura, Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas sehingga penyebaran ICT belum merata ke seluruh pelosok.

Menurut Teja, jika memiliki sumber daya yang tidak terbatas, maka solusi untuk mengatasi minimnya pengetahuan tenaga pendidik tentang ICT sangat mudah. "Cukup berikan investasi teknologi di berbagai daerah. Tapi realistasnya, masih banyak prioritas yang lain, yakni kemiskninan, kesehatan, dan sebagainya," ungkapnya.

Maka, kata Teja, dibutuhkan kolaborasi dari pemerintah dengan industri dan tenaga pendidik. Sehingga, dengan investasi sekecil-kecilnya bisa memberikan efek maksimal.

Dia menilai, kolaborasi dan sharing pengalaman serta ilmu punya efek yang kuat. Salah satu contoh media sharing bagi sesama tenaga pendidik adalah Facebook. "Penggunaannya gratis, tapi komunitas yang terbentuk banyak. Ada jardiknas, sehingga tiap guru tidak harus punya komputer dan jaringan internet pribadi," ujar Teja.

Namun, dia menegaskan, pengembangan dan peningkatan jangan hanya dilakukan pada bidang teknologi tapi juga menyasar pendidikan. "Bagaimana membuat program yang memunculkan kreativitas dan daya saing tenaga pendidik," imbuhnya.

Pendapat senada turut diungkapkan Kepala Bidang Multimedia dan Web Pustekkom Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Sri Hargyanto Suryoprayudo. Dia menyebutkan, kendala utama dalam ketertinggalan bangsa Indonesia di bidang ICT adalah permasalahan infrastruktur.

"Di Indonesia jaringan internet belum berkembang dengan baik dibandingkan Singapura. Sebab, budget dari pemerintah juga terbatas," ucap Suryo.

Suryo menjelaskan, jumlah guru yang ada di Tanah Air tidak sebanding dengan tenaga untuk melakukan pendidikan pengenalan ICT yang ada di Kemendikbud. Untuk itu, dibentuklah sebuah konten pembelajaran ICT bagi para guru, yakni portal rumah belajar Kemendikbud.

"Portal Rumah Belajar Kemendikbud memungkinkan bagi guru yang berkemampuan ICT minim tetap bisa mengaksesnya. Tahap awal menjadi pemanfaat, kemudian menjadi pengembang, dan akhirnya pengelola," jelasnya.

Menurut Suryo, upaya paling penting untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah menyentuh kepentingan sang guru. Bahkan, bila perlu dilakukan "pemaksaan" untuk melek ICT.

"Uji Kompetensi Guru (UKG) secara online adalah cara untuk memaksa para guru mengenal ICT. Saat guru sudah punya awareness maka muridnya akan dengan mudah mengikuti,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar